Mataram, 18 Desember 2024 – Enabler merupakan dukungan finansial yang diberikan setiap bulan kepada pasien Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) untuk membantu memenuhi kebutuhan selama pengobatan. Dukungan ini bertujuan meringankan beban pasien agar mereka dapat menjalani pengobatan secara berkelanjutan hingga sembuh. Sebagai bagian dari program Eliminasi TBC di Indonesia, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Daerah NTB menyelenggarakan Pertemuan Evaluasi Pembayaran Enabler oleh Komunitas Tingkat Provinsi pada 16 Desember 2024 di Hotel Lombok Plaza, Mataram. Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai pihak, seperti Wasor TB Dinas Kesehatan Provinsi NTB, TO Programmatic Management Drug Resistance Tuberculosis (PMDT) Program GF, perwakilan RS PMDT, Puskesmas Satelit, Manajer Kasus (MK), Pasien Supporter (PS), dan berbagai sektor terkait lainnya dalam program Eliminasi TBC.
Ahmad Hidayat, Direktur Eksekutif PKBI NTB, dalam sambutannya menjelaskan bahwa upaya PKBI NTB selaras dengan visi organisasi untuk membangun keluarga yang bertanggung jawab dan inklusif. “Kami melihat dampak TBC terhadap kestabilan ekonomi keluarga. PKBI NTB berkomitmen mendukung program Eliminasi TBC 2030 dengan fokus pada mendampingi pasien TBC,” ujarnya. Ahmad juga menyoroti pentingnya evaluasi terhadap peran Manajer Kasus dan Pasien Supporter, yang selama ini sering terabaikan. “Ketersediaan Manajer Kasus masih kurang, dan serapan anggaran untuk enabler belum maksimal karena jumlah pasien TBC yang ditemukan masih sedikit. Kami berharap forum ini dapat menyetujui penambahan Manajer Kasus agar lebih banyak pasien dapat dibantu,” tambahnya.
Selain itu, Ahmad mengusulkan pelibatan lembaga seperti Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) untuk memperluas dukungan terhadap pasien TBC. “Selama ini, kami fokus pada dana desa, padahal Baznas di setiap kabupaten/kota memiliki alokasi anggaran untuk bantuan sosial. Kolaborasi dengan Baznas bisa menjadi solusi tambahan bagi pasien, seperti mereka yang menderita malnutrisi,” jelasnya.
I Kadek Mulyawan, Wasor TB Dinas Kesehatan Provinsi NTB, dalam pembukaan acara menekankan pentingnya diskusi dan kolaborasi lintas sektor untuk solusi terbaik dalam program Eliminasi TBC. “Kami baru mencapai 54% target penemuan kasus dan angka keberhasilan pengobatan sebesar 88,17%. Tantangan selanjutnya adalah program TPT yang baru mencapai 4,9% di Indonesia. Oleh karena itu, strategi seperti Quick Wins dikembangkan untuk mempercepat pencapaian target,” jelasnya. Kadek juga mengingatkan pentingnya keberlanjutan pengobatan setelah penemuan kasus dengan semboyan: Temukan, Obati, Sampai Sembuh.
Pertemuan ini menghasilkan sejumlah kesepakatan, termasuk penambahan jumlah Manajer Kasus di setiap kabupaten/kota, memperkuat komitmen lintas sektor, dan menyediakan dukungan sosial serta psikososial untuk mencegah pasien mangkir dari pengobatan dan mengurangi angka Loss to Follow Up (LTFU). Kolaborasi dengan Baznas dan PKK di kabupaten/kota juga ditekankan untuk menyediakan bantuan sosial dan logistik.
Koordinasi yang lebih baik antara Rumah Sakit dan Puskesmas dalam pencatatan serta pelaporan enabler juga menjadi perhatian utama. Semua pihak sepakat untuk memastikan informasi pasien tersampaikan dengan jelas antara Rumah Sakit, Puskesmas, dan Komunitas agar tidak terjadi miskomunikasi. Selain itu, pelibatan Dinas Sosial dalam penyediaan dukungan nutrisi bagi pasien TBC, pelatihan On-the-Job Training (OJT) bagi petugas Puskesmas, dan komitmen anggaran dari Bappeda juga menjadi prioritas.
Langkah strategis lainnya mencakup pembentukan grup komunikasi logistik pasien TBC melalui WhatsApp yang melibatkan seluruh pihak terkait. Dengan hasil ini, PKBI NTB berharap dapat mempercepat pencapaian Eliminasi TBC 2030 melalui langkah yang lebih efektif dan terintegrasi.
Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi website PKBI NTB di https://pkbintb.or.id atau hubungi email pkbintb@pkbi.or.id.